INDERA PENCIUMAN
( PEMBAU )
Oleh :
© Shindy I (22)
© Sinto Dwi (23)
© Siska A (24)
© Sugiantoro (25)
© Suhardiyanto (26)
© Titik indriyani (27)
SMAN 1 DRINGU
Jl. Yos Sudarso, Pabean
KAB. PROBOLINGGO
INDERA PEMBAU
Indera Pembau manusia adalah hidung. Hidung merupakan indera khusus yang terletak di dalam rongga hidung. Daerah sensitif indera pembau terletak pada selaput lendir hidung. Struktur indera embau terdiri dari sel penyokong yang berupa sel epitel dan sel pembau yang berupa neuron sebagai reseptor.
STRUKTUR HIDUNG
Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian, yaitu :
1 Kubah tulang. Letaknya paling atas dan bagian hidung yang tidak bisa digerakkan.
2. Kubah kartilago (tulang rawan). Letaknya dibawah kubah tulang dan bagian hidung yang bisa sedikit digerakkan.
3. Lobulus hidung. Letaknya paling bawah dan bagian hidung yang paling mudah digerakkan.
Sel Olfaktori merupakan sel-sel saraf yang terdapat di dalam lapisan mukus atau lendir jaringan epitel rongga hidung bagian atas.
Sel reseptor olfaktori memiliki rambut-rambut olfaktori yang terbenam pada lapisan mukus. Rambut-rambut olfaktori merupakan penonjolan dari dendrit, sedangkan ujung yang lainnya berupa akson membentuk sinapsis dengan sel saraf lain di dalam bulbus olfaktori ( otak ). Pada rambut-rambut olfaktori terdapat protein reseptor bau.
Bagian dari hidung selain kemoreseptor dan mukus, juga ada bulu penyaring yang berfungsi menghalangi benda asing untuk masuk ke dalam sistem pernafasan.
Lalu, juga ada konka yang terdiri atas kumpulan kapiler darah yang berfungsi menyeimbangkan suhu udara yang masuk dan suhu di dalam rongga hidung, dengan cara melepaskan energinya bila ada udara suhu rendah masuk dan sebaliknya.
MEKANISME PEMBAU
Rangsang yang diterima indra penciuman tersebut berupa bau. Bau merupakan molekul bahan kimia yang menguap dan melayang di udara. Mekanisme kerja indra penciuman sebagai berikut.
Kumpulan gas kimia ikut masuk bersama udara yang kita hirup melalui rongga hidung.
Di rongga hidung gas itu tadi akan menyentuh kemoreseptor (menerima rangsang) yang ada di lapisan epitel rongga hidung. Rangsangan ini diteruskan oleh saraf olfaktori ke otak untuk diterjemahkan.
Sedangkan molekul-molekul kimia yang bersenyawa dengan air dalam udara akan larut dalam mukus atau lapisan lendir pelindung kemoreseptor, kemudian akan mengalami proses yang sama seperti di atas sehingga akan terjadi sensasi bau.
Zat yang memiliki sifat bau berupa uap atau gas mencapai reseptor bau melalui udara inspirasi. Zat ini dapat larut dalam lendir pada selaput lendir hidung, sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein membran pada dendrit. Kemudian timbul impuls yang dijalarkan dari saraf olfaktori ke traktus olfaktori, lalu menuju otak untuk ::
1. Diinterpretasikan di korteks otak pada daerah bau primer.
2. Dihubungkan dengan pusat lainnya, misalnya dengan pusat muntah bila mencium bau-bauan yang tidak enak, dengan hipotalamus untuk sekresi ludah dan perasaan lapar.
3. Disimpan di korteks otak sebagai memori ( ingatan).
FUNGSI HIDUNG
Berikut ini ada beberapa fungsi “canggih” yang dimiliki oleh hidung, mungkin sebagian dari Anda belum mengetahuinya untuk itu silakan dilanjut membacanya.
1. Alat Penghangat dan pelembab udara
Tugas ini dijalankan oleh lapisan lendir yang di bagian dalam hidung dengan cara melepaskan uap air. Pembuluh kapiler yang terletak persis di bawah lapisan lendir membantu menghangatkan udara melalui saluran ini. Sehingga saat cuaca dingin, udara yang kita hirup dapat dihangatkan dan sebailknya saat cuaca panas maka hidung dapat melembabkan udara yang kita gunakan untuk bernafas. Cara kerja perangkat ini bagaikan alat pengatur udara yang mengatur suhu dan kelembaban udara.
2. 2. Penjaga Gerbang menghadapi kuman dan debu
Saat kita bernafas, mungkin secara tidak sadar kita menghirup debu atau partikel lain yang mengandung kuman dan membahayakan tubuh. Fungsi lain dari hidung adalah menjadi penjaga pintu gerbang menghadapi partikel berbahaya dan butiran debu yang hendak masuk ke dalam tubuh. Butiran ini terperangkap oleh lapisan lendir dan kemudian oleh silia, organ yang mirip rambut. Lendir yang dipenuhi bahan-bahan berbahaya ini didorong oleh silia ke arah tenggorokan. Lalu dikeluarkan dari tubuh melalui batuk atau akan tertelan dan dihancurkan oleh asam lambung. Lapisan lendir dan silia bekerja layaknya sebuah pusat pembersihan kimiawi yang dibangun di dalam tubuh kita.
3. 3.Laboratorium Analis Kimia
Kita bisa mencium harumnya bunga, sedapnya aroma makanan yang membangkitkan selera makan kita. Atau bau busuk sampah yang membuat kita merasa jijik. Ya, kita mampu mengenali segala macam bau dan aroma melalui hidung. Hidung kita layaknya sebuah laboratorium analis kimia yang dapat mengidentifikasi setiap bau yang masuk melaluinya. Bau, sebenarnya adalah molekul-molekul kimia yang terlarut dalam udara. Saat kita bernafas sebagian udara akan dialirkan menuju sel-sel syaraf penerima bau oleh tulang hidung. Sel-sel syaraf penerima di bagian ini lalu mengirimkan pesan yang mereka terima dari molekul bau ke otak. Pusat penciuman di otak akan menganalisa pesan-pesan dari beragam sel syaraf penerima. Inilah yang kemudian memunculkan apa yang kita rasakan sebagai “bau”. Pusat data dalam otak kita dapat mengebali sampai dengan 10.000 bau yang berbeda. Dan hebatnya, semua proses itu hanya berlangsung dalam hitungan detik.
4. Sebagai jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.
5. Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara :
a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.
b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.
6. Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh :
a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b. Silia
c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel – partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.
d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.
7. Indra penghirup
Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.
8. Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.
9. Proses bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.
10. Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
KELAINAN PADA INDERA PEMBAU
Salah satu kelainan pada indera pembau sehingga kehilangan sensitivitas terhadap rasa bau adalah ANOSMIA
Disebabkan oleh :
1. Penyumbatan rongga hidung akibat pilek, terdapat polip/tumor dirongga hidung
2. Sel rambut rusak akibat infeksi kronis
3. Gangguan pada saraf olfaktori, bulbus olfaktori, dan traktus olfaktori